Sinopsis Dikta dan Hukum Episode 9, Kesempatan Hidup Menipis, Nadhira Tak Ingin Pacarnya Putus Asa
- Yosi Libertia
- 12/09/2022
- 15:30
Cililinku, -Dikta dan Hukum memiliki alur cerita yang menarik dan seru untuk ditonton.
Tiap episode yang hadir di Dikta dan Hukum dapat membuat baper para penonton setianya.
Maka wajar saja bila Dikta dan Hukum menjadi salah satu serial terpopuler di tanah air ini.
Dibintangi oleh Natasha Wilona, Ajil Dito, Yoriko Angeline, dan Abun Sungkar ini ditayangkan setiap hari Jumat – Sabtu pukul 18.00 WIB
Diangkat dari cerita viral di media sosial dan novel laris. Kisahnya berawal tentang perempuan bernama Nadhira. Dia baru saja lulus jadi sarjana hukum.
Tapi jauh sebelum jatuh cinta pada hukum, dia sudah terlebih dulu jatuh cinta pada lelaki bernama Dikta yang mengenalkan hukum padanya. Inilah cerita tentang Nadhira, Dikta dan hukum.
Pada Episode sebelumnya, Mamah Dikta sedih mengetahui kalau pendonor ginjal untuk Dikta tidak jadi mendonorkan ginjalnya, karena keluarga pendonor tidak setuju.
Ditambah kabar terakhir dari Dokter kalau Dikta dinyatakan kondisinya semakin buruk, karena jantung Dikta juga sudah terkena.
Sepulang sekolah Nadhira langsung pergi kerumah sakit untuk menemani Dikta cuci darah rutin.
Nadhira sedih melihat Dikta berbaring lemas ditempat tidur rumah sakit, Nadhira hanya bisa memberikan semangat kepada Dikta untuk tetap berjuang.
Baca Juga: Tinjau Progres Pembangunan Jalan Singkup-Cijaha, Mobil Wagub Jabar Terjebak Lumpur
Berlanjut pada episode 9B, Nadhira mengantarkan Dikta pulang kerumahnya, saat sampai dirumah Dikta, Nadhira ijin masuk kekamar Dikta untuk mengambil chager handpone.
Tak sengaja Nadhira menemukan beberapa catatan Dikta salah satunya tentang wishlist Dikta jika diberi waktu hiduo yang lebih lama oleh Tuhan.
Nadhira kecewa melihat Dikta mempunyai wishlist seperti itu, sambil menangis Nadhira pergi dari rumah Dikta.
Melihat Nadhira pergi Dikta langsung menahan Nadhira dan menenangkan Nadhira sampai Nadhira bicara alasan mengapa tiba-tiba pergi beitu saja sambil menangis.
Tak seharusnya Dikta membuat wishlist seperti itu, jika Dikta melakukan hal seperti itu tandanya Dikta sudah pasrah, seakan-akan hidup Dikta sudah tidak akan lama lagi.
Dikta bukannya pasrah, tapi Dikta hanya ingin bersikap realitis saja, menerima jika penyakit Dikta bukanlah penyakit biasa, resiko kematian untuk penyakit seperti Dikta lebih tinggi dibandingkan orang lain.
Impian Nadhira bukan lagi tentang Balet, tapi impian Nadhira adalah melihat Dikta sembuh dari sakitnya, itu adalah impian Nadhira diatas segalanya.
Dikta menghapus air mata Nadhira lalu mencium kening Nadhira, Dikta tak ingin Nadhira menangis lagi.
Besok harinya Dikta diterima untuk melakukan sidang, dan juga Nadhira lolos masuk kuota SNMPTN, hal itu sangat membuat Dikta bangga kepada Nadhira.
Lalu Dikta memberitahu pengalaman Dikta saat SNMPTM sampai Dikta lolos masuk Univeritas Negeri jurusan Hukum.
Kebahagian Dikta tak bertahan lama, saat mengetahui dari Mamah Dikta kalau pendonor ginjalnya tidak jadi mendonorkan ginjalnya pada Dikta.
Kondisi Dikta juga yang sedang tidak baik seperti kondisi Dikta dua atau tiga tahun yang lalu, maka dari itu Mamah Dikta ingin fokus terhadap ke kesehatan Dikta terlebih dahulu.
Yang tandanya Dikta tidak ada kesempatan untuk melakukan transplatasi ginjal, Dikta harus terus melakukan cuci darah.***(gil)