BMKG Sebut Ada 5 Kali Gempa Susulan Terjadi di Banten

  • Gilang Fathu
  • 14/01/2022
  • 19:17
Gempa di perairan Banten menyebabkan beberapa bangunan milik warga dan fasilitas umum rusak bahkan hingga ada yang roboh./Ilustrasi seismograf

Cililinku, -Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) membenarkan gempa yang terjadi di perairan Banten tidak berpotensi tsunami.

Gempa tersebut menyebabkan beberapa bangunan milik warga dan fasilitas umum rusak bahkan hingga ada yang roboh.

Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati menuturkan jika gempa yang terjadi pada pukul 16.05 WIB disebabkan karena adanya aktivitas subduksi yang memiliki mekanisme pergerakan naik.

Dwikorita juga menjelaskan jika ada lima kali gempa susulan yang terjadi setelah terjadinya gempat pertama.

“Hasil monitoring BMKG menunjukan telah terjadi aktivitas gempabumi susulan (aftershock) sebanyak lima kail, dengan magnitude terbesar m 5,7,” jelasnya pada saat konferensi pers Jumat 14 Januari 2022.

Dia menyebut bahwa hingga saat ini kerap kali masih terjadi gempa susulan, namun kekuatannya semakin melemah. Beberapa wilayah yang merasakan gempa ini yaitu Cikeusik, Panimbang, Labuan, Sumur, Tangerang Selatan, Lembang, Kota Bogot, Pelabuhan Ratu, Jakarta, Kota Tangerang, Bekasi, Kota Bandung, dan Kabupaten Bogor.

Untuk wilayah yang paling terasa adalah di Cikeusik dan Panimbang dengan kekuatan VI MMI yang membuat getaran dapat dirasakan oleh semua penduduk.

“Memang saat ini masih terjadi gempa-gempa susulan namun kekuatannya semakin lemah, akan tetapi masyarakat harus tetap waspada,” ujar Dwikorita.

Selain itu, Ia mengatakan jika gempa bumi ini tidak berpotensi menyebabkan tsunami. Meskipun begitu gempa ini dapat menimbulkan kerusakan yang cukup parah pada bangunan yang tidak kokoh.

“Dari data tide gauge yang kami buat, terlihat tidak ada indikasi kenaikan air laut. Sehingga memang benar jika gempa ini tidak berpotensi terjadinya tsunami,” jelas dia.

Dari catatan BMKG, sejak tahun 1851-2019 pernah terjadi gempa bumi sebanyak delapan kali diwilayah tersebut, yakni di perairan Banten.

Tercatat gempa yang paling parah pernah terjadi pada 23 Februari 1903 dengan kekuatan M 7,9 dan berpusat di selatan Selat Sunda yang merusak di Banten.

Kendati tidak menimbulkan tsunami, Kepala BMKG tetap menghimbau agar Pemerintah Daerah dan masyarakat tetap waspada agar tidak terjadi penambahan korban jiwa.

“Kepada peemerintah daerah dan masyarkat, terutama jawa barat dalam 30 hari terakhir terjadi peningkatan aktivitas kegempaan namun kekuatannya dibawah 5 MMI. Alangkah baiknya ada kesiapan dan sudah menyiapkan kondisi agar rumah kuat terhadap gempa,” imbaunya.

Sedangkan Kepala Pusat Gempa Bumi dan Tsunami, Bambang Setiyo Prayitno menyebut jika tim dari BMKG sedang menluncur ke lokasi. Tim BMKG Pusat akan tiba pada esok hari untuk menenangkan masyarakat.

“Kami akan menurunkan tim untuk memvalidasi dengan kondisi di lapangan khususnya daerah yang guncangannya diatas 5 MMI. BMKG juga telah menyiapkan tim untuk memantau terjadi nya gempa tersebut,” ucap Bambang.

Bambang juga mengimbau agar masyarakat tidak mempercayai isu-isu dan informasi yang tidak bisa dipertanggung jawabkan.

Ia juga meminta agar masyarakat menjauhi dan meninggalkan bangunan yang terlihat sudah tidak kokoh. Selain itu, jika dirasa bangunan tidak kuat menahan gempa maka harus segera ditinggalkan untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan.

“Sebenarnya gempa bumi itu tidak terlalu berbahaya, hanya saja dampak dari gempa bumi ini yang dapat membahayakan keselamatan masyarakat. Seperti bangunan ambruk yang tidak dirancang untuk menahan gempa, maka itu dapat membahayakan,” pungkasnya.***

Trending

Berita Terkini

logo

© Copyright 2024 cillinku.com