Kisah Sahabat Nabi: Cinta Bertepuk Sebelah Tangan Dialami Mughits, Ditinggalkan Karena Berstatus Budak
- Gilang Fathu
- 28/01/2022
- 11:18
Cililinku, -Kisah sahabat nabi kali ini akan menceritakan tentang Mughits yang cintanya bertepuk sebelah tangan.
Mughits merupakan sahabat nabi yang berstatus budak bersama dengan istrinya yang bernama barirah.
Berikut kisah cinta Mughits yang bertepuk sebelah tangan.
Menyadur dari NU Online, Cerita diawali dengan Barirah yang dimerdekakan oleh Sayyidah ‘Aisyah, sehingga berubah status menjadi wanita yang merdeka.
Baginda shallallahu ‘alaihi wa sallam memanggil Barirah, lalu memberikan hak pilih kepada Barirah ingin tetap menjadi istri Mughits atau berpisah dari suaminya yang masih berstatus budak.
Karena dalam syariat disebutkan bahwa seorang budak perempuan yang menjadi istri budak laki-laki kemudian merdeka, maka baginya Khiyar (pilihan untuk tetap dengan suaminya atau berpisah).
Barirah ternyata lebih memilih berpisah dengan suaminya dan itu merupakan hak bagi dia.
Sampai-sampai Barirah berkata kepada nabi, “Walau Mughits memberiku sekian banyak harta, aku tidak mau menjadi istrinya lagi.”
Memang sebenarnya Barirah tidak mencitai Mughits dengan tulus dan saat diberikan pilihan oleh nabi, ia lebih memilih berpisah.
Berbeda dengan Barirah, Mughits justru sangat mencintai Barirah, bahkan setelah berpisah, Mughits terus membuntutui Barirah da jalan-jalan kota Madinah.
Baca Juga: Resep Rahasia Hubungan Artis Senior Ini, Venna Melinda Sumringah Digombalin Tiap Detik Ferry Irawan
Mendapati hal itu, Baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada pamannya, yakni ‘Abbas, “Wahai ‘Abbas, tidakkah engkau heran betapa besar rasa cinta Mughits kepada Barirah, namun Barirah sedikit pun tidak mencintai Mughits”.
Lalu Baginda Rasulullah merasa kasihan terhadap Mughits dan Rasulullah memanggil Barirah kemudian berkata kepadanya, “Andai saja engkau mau kembali kepada Mughits?”
Nabi mengatakan hal itu karena merasa kasihan dengan Mughits, bukan karena ingin memerintah Barirah kembali ke Mughits.
Namun karena begitu Takzimnya seorang Barirah kepada Nabi, ia memastika dan bertanya kepada Nabu tentang maksud permintaan kembali ke Mughits,
“Wahai Rasulullah, apakah engkau memerintahku?,” tanya Barirah.
Kemudian nabi menjawab jika ia hanya ingin mengasihani Mughits.
Mendengar jawaban dari Rasulullah, Barirah mengatakan jika dirinya sudah tidak membutuhkan Mughits.
Dari cerita tersebut, tekadang apa yang diinginkan tidak selalu terwujud.
Hal itu bisa mengingatkan kita akan arti tawakal kepada Allah SWT dan mengingatkan kita tentang takdir Allah SWT.***